Hidupku penuh adat
Ragaku tlah tertambat
Kalbuku tlah tercabik-cabik olehnya
Hanya dalam abun-abun ku bahagia
Suaranya begitu menakik hatiku
Lakunya begitu mengentak batinku
Sgala rasannya tlah terkuak
Hanya meninggalkan rasa muak
Inginku segera bebas
Tinggalkan sgala bebanyang membekas
Mengubur sgala penat yang melekat
Mengikis sgala dendam yang mengkarat
Segera ku ingin pergi
Pergi dan temukan bahagia sejati
Search This Blog
Tuesday, March 3, 2009
Kelam
Kelam
Kabut hitam selimuti jiwa malam
Pekat kelam tak tertembus sinar bulan
Sunyi sepi membisu dalam diam
Tetes pilu lewati ujung penglihatan
Sesak napas terjerat dalam rantai yang membungkam
Terpuruk di titik nadir kenistaan
Terkurung jutaan iblis dalam kelam
Kabut hitam selimuti jiwa malam
Pekat kelam tak tertembus sinar bulan
Sunyi sepi membisu dalam diam
Tetes pilu lewati ujung penglihatan
Sesak napas terjerat dalam rantai yang membungkam
Terpuruk di titik nadir kenistaan
Terkurung jutaan iblis dalam kelam
Napasku Adalah Hadirmu
Kau adalah penyejuk kalbu
Tetes embun dalam daun layu
Percik air dalam karang batu
Kilau sinar dalam lembah kelabu
Tegarku karnahadirmu
Kuatku karna cintamu
Yawaku karna ceriamu
Bangkitku karna kasihmu
Lembut belaimu adalah energi dalam lelahku
Doa tulusmu adalah gairah dalam citaku
Gelak candamu adalah pelipur dalam laraku
Santun tuturmu adalah penutun dalam langkahku
Manis pujimu adalah pembangkit dalam asaku
Kau…
Mahakarya terindahdalam hidupu
Suber oksigen dalam napasku
Terang cahaya dalam gelapku
Meski cela tak luput darimu
Namun sempurna slalu dimataku
Karna kau adalah ibuku
Samudra cinta dalam hatiku
Tetes embun dalam daun layu
Percik air dalam karang batu
Kilau sinar dalam lembah kelabu
Tegarku karnahadirmu
Kuatku karna cintamu
Yawaku karna ceriamu
Bangkitku karna kasihmu
Lembut belaimu adalah energi dalam lelahku
Doa tulusmu adalah gairah dalam citaku
Gelak candamu adalah pelipur dalam laraku
Santun tuturmu adalah penutun dalam langkahku
Manis pujimu adalah pembangkit dalam asaku
Kau…
Mahakarya terindahdalam hidupu
Suber oksigen dalam napasku
Terang cahaya dalam gelapku
Meski cela tak luput darimu
Namun sempurna slalu dimataku
Karna kau adalah ibuku
Samudra cinta dalam hatiku
Senyuman Terindah
Andai kutahu waktu tak berpihak padamu
Takkan pernah kulakukan kesalahan itu
Yang tak pernah iraukan pengorbananmu
Dan sia-siakan tulus kasihmu
Slalu kau beri senyuman terindah untukku
Namun kejamnya diri ini
Yang membalas dengan gusarnya hati
Betapa bodohnya diri ini
Abaikan kasih suci yang kau beri
Dan kuanggap sebatas permainan hati
Andai waktu dapat kuputar kembali
Takkan sedetik pun kulepaskan hadirmu di sisi
Kan kuukir senyumam terindah
Tuk temanimu menghitung waktu
Dan kupersembahkan kasih putih
Tuk bahagia di penghujung napasmu
Sesalku yang tlah abaikan senyuman terindahmu
Takkan pernah kulakukan kesalahan itu
Yang tak pernah iraukan pengorbananmu
Dan sia-siakan tulus kasihmu
Slalu kau beri senyuman terindah untukku
Namun kejamnya diri ini
Yang membalas dengan gusarnya hati
Betapa bodohnya diri ini
Abaikan kasih suci yang kau beri
Dan kuanggap sebatas permainan hati
Andai waktu dapat kuputar kembali
Takkan sedetik pun kulepaskan hadirmu di sisi
Kan kuukir senyumam terindah
Tuk temanimu menghitung waktu
Dan kupersembahkan kasih putih
Tuk bahagia di penghujung napasmu
Sesalku yang tlah abaikan senyuman terindahmu
Terlambat Kini Kusadari
Saat kusadari perasaan ini kau tlah jauh pergi
Sakityang kini tersisa karma talk mungkin kau kembali
Dulu saat kau masih disisi
Kuanggap biasa hadirmu di hati
Tak ku hiraukan semua bahagia yang slalu kau beri
Kini kau tlah tiada
Rasa kehilangan slalu buatku tersiksa
Tiada lagi tawa dari raga sang pecinta
Hanya hampa selimuti batinku yang terluka
Hingga sendu slalu berkawan dalam jelaga
Mengapa baru kini kusadari
Saat ragamu tak lagi di sisi
Terlambat sudah karma kau tak mungkin kembali
Hanya sesal yang henti hantui
Temani jiwa yang dirudung sepi
Sakityang kini tersisa karma talk mungkin kau kembali
Dulu saat kau masih disisi
Kuanggap biasa hadirmu di hati
Tak ku hiraukan semua bahagia yang slalu kau beri
Kini kau tlah tiada
Rasa kehilangan slalu buatku tersiksa
Tiada lagi tawa dari raga sang pecinta
Hanya hampa selimuti batinku yang terluka
Hingga sendu slalu berkawan dalam jelaga
Mengapa baru kini kusadari
Saat ragamu tak lagi di sisi
Terlambat sudah karma kau tak mungkin kembali
Hanya sesal yang henti hantui
Temani jiwa yang dirudung sepi
Maaf
Mengapa baru kini kusadari ada cinta dalam hatinya yang tlah luka
Tak pernahterlintas tumbuhnya rasa yang berbeda
Karna kecewa tlah terikat dalam hatinya yang tersakiti
Janji hati yang tak mau bercinta lagi
Kini rona bahagia tampak jelas dalam paras sendunya
Simpul tawa tlah terukir hiasi murung cahyanya
Entahlah…
Ku harus bahagia atau berduka
Karna tak mungkin ku tuk memebalas tulus cintanya
Namun tak kuasaku tuk sakiti hati yang tlah luka
Haruskah kubohongi diri tuk buatnya bersinar lagi
Tegakah keegoisan hati membunuh jiwanya yang pernah mati
Maaf…
Mungkin hanya itu yang sanggup kuucap kini
Maaf karna tak mungkin ku berikan hati ini
Maaf karna tak sanggup kubalas cinta yang kau beri
Tak pernahterlintas tumbuhnya rasa yang berbeda
Karna kecewa tlah terikat dalam hatinya yang tersakiti
Janji hati yang tak mau bercinta lagi
Kini rona bahagia tampak jelas dalam paras sendunya
Simpul tawa tlah terukir hiasi murung cahyanya
Entahlah…
Ku harus bahagia atau berduka
Karna tak mungkin ku tuk memebalas tulus cintanya
Namun tak kuasaku tuk sakiti hati yang tlah luka
Haruskah kubohongi diri tuk buatnya bersinar lagi
Tegakah keegoisan hati membunuh jiwanya yang pernah mati
Maaf…
Mungkin hanya itu yang sanggup kuucap kini
Maaf karna tak mungkin ku berikan hati ini
Maaf karna tak sanggup kubalas cinta yang kau beri
Subscribe to:
Posts (Atom)